Minggu, 23 Mei 2010

Lapas Narkotika Jayapura Tak Layak Huni

[ - 19/05/2010]
Jayapura (ANTARA News) - Sebagian ruangan tahanan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika, Klas IIB Jayapura, Papua tidak layak huni, akibat kerusakan pada dinding Lapas dan tidak ada sambungan sarana air bersih.

Hal tersebut disampaikan Kepala Lapas (Kalapas) Narkotika jayapura, Lilik Sujandi kepada ANTARA Jayapura, Selasa.

Lilik Sujandi menjelaskan, tidak layak huninya sebagian ruangan blok tahanan Lapas Narkotika yang dipimpinnya itu, sejauh ini belum menimbulkan permasalahan serius, karena jumlah penghuni lapas yang relatif masih bisa tertampung dengan baik.

"Namun kami sangat mengharapkan adanya perhatian pihak terkait untuk menyelesaikan masalah ini," katanya.

Lilik Sujandi mengemukakan, total daya tampung Lapas Narkotika yang berjumlah 300 orang, namun karena kerusakan pada sebagian besar kamar tahanan, maka hanya bisa menampung sekitar 150 orang penghuni.

"Saat ini penghuni Lapas Narkotika berjumlah 96 orang," terang Lilik Sujandi.

Menyinggung program pembinaan dalam Lapas Narkotika yang dipimpinnya, Lilik Sujandi mengatakan, saat ini pihaknya memfokuskan pada pemulihan dan bekal pendidikan bagi para warga binaannya.

"Langkah pemulihan dan bekal pendidikan dilakukan karena melihat dari kekhusuan penghuni lapas yang adalah para korban, pemakai dan pengedar serta yang berhubungan dengan narkoba," paparnya.

Bentuk nyata pembinaan pemulihan dan pemberian bekal pendidikan dalam lapas Narkotika Jayapura itu, antara lain dengan membentuk komunitas terapi, sekolah alam untuk program kejar paket A,B dan C, serta pemberian keterampilan hidup bagi warga binaan.

"Kami punya banyak bentuk pembinaan. Kalau soal sekolah alam, itu hanya bagi mereka yang tidak menyelesakan sekolahnya akibat berurusan dengan hukum," ujar Lilik Sujandi.

Lebih lanjut, Lilik Sujandi yang sebelumnya adalah Kalapas Klas IIB Kabupaten Merauke, Papua menambahkan, pihaknya sangat membutuhkan adanya bantuan sarana ketrampilan yang akan dipakai untuk proses pembinaan penghuni lapas Narkotika.

"Soal sarana ketrampilan di Lapas Narkotika memang sangat terbatas, sehingga sangat mengaharapkan adanya bantuan dan perhatian dari pihak luar," katanya.

Di Papua terdapat delapan Lapas dan satu cabang rumah tahanan (rutan).

http://www.cds.or.id/konten.php?nama=Berita&op=detail_berita&id=65




oggix.com : Free Shoutbox & Complete Blog Tools Read More..

Rabu, 27 Januari 2010

Empat Penghuni Lapas Narkotika Pakai Ganja

Written by Administrator
Monday, 25 January 2010 05:22

Kakanwil Depkumham Papua, Nazarudin Bunas, Empat warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika, Doyo, Jayapura, Papua, positif menggunakan narkotika dan obat-obatan (Narkoba) jenis ganja.

“Setelah dilakukan tes urine kepada penghuni lapas oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) pada Sabtu kemarin, ternyata empat orang penghuninya dinyatakan positif menggunakan ganja,” kata kepala kantor wilayah Departemen Hukum dan Ham Papua, Nazarudin Bunas, Minggu (24/1).

Bunas menjelaskan, ke-empat warga binaan lapas narkoba itu, saat ini sedang diperiksa oleh pihak lapas setempat untuk mengetahui asal barang haram yang mereka konsumsi.

“Setelah mendapat laporan dari BNN, pihak lapas langsung memanggil mereka untuk ditanyai, dari mana mendapatkan ganja itu,” terangnya.

Bunas menambahkan, pihaknya tidak akan segan untuk mengambil tindakan tegas, apabila dari hasil pemeriksaan, ternyata ganja yang dikonsumsi dalam lapas adalah berasal dari sipir atau petugas.

“Bila perlu oknum yang bersangkutan akan kita proses secara hukum pidana, dengan dilaporkan pada pihak kepolisian,” tandasnya. (Marcel)

http://tabloidjubi.com/index.php/index-berita/jayapura/4890-empat-penghuni-lapas-narkotika-pakai-ganja-

Read More..

Senin, 28 Desember 2009

Granat Minta Jauhi Narkoba, Kunjungi Lapas Narkotika Jayapura

Kamis, 17/12/2009 | 12:55 (GMT7)


SENTANI - Ketua DPD Granat (Gerakan Nasional Anti Narkotika) Provinsi Papua Jan Ayomi, S.Sos mengungkapkan, sebagai pewaris bangsa dan penerus pembangunan, generasi muda diminta harus menjauhi Narkoba. Sebab, selain akan merusak tubuh dan jiwa, bersentuhan dengan Narkoba juga akan berhadapan dengan hukum yang ujung-ujungnya masuk penjara.

"Saya pikir mengkonsumsi Narkoba atau ganja tidak ada manfaatnya. Justru kehancuran hidup yang akan dihadapinya. Sebab, selain akan berhadapan dengan pihak berwajib, mengkonsumsi Narkoba juga akan merusak tubuh dan masa depan," ujar Jan Ayomi saat menyerahkan bantuan dana Rp20 juta untuk kegiatan perayaan Natal di Lapas Narkotika Doyo Baru, Sentani, Selasa (15/12).

Dikatakan, masa muda seharusnya dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang positif yang berguna bagi kehidupan masa depannya, khususnya untuk kemajuan dan pembangunan Papua. "Jangan salahkan jika di Papua ini orang-orang yang maju dan sukses didominasi olah saudara-saudara, apakah dari Jawa, Makassar, Batak atau dari daerah lainnya. Sebab, mereka bisa maju karena mereka bekerja keras untuk membangun dirinya. Mustahil orang mau maju, jika malas bekerja dan membangun dirinya," tegas Ayomi yang berharap warga binaan Lapas Narkoba menjadikan momentum perayaan Natal ini untuk perenungan diri dalam rangka memperbaiki sikap dan perilaku hidup.

Sementara itu, Kalapas Narkoba Lilik Sujandi, SH menyampaikan terimakasih atas kunjungan Granat Papua yang kesekian kalinya sebagai bentuk pemberian motivasi kepada warga binaan yang juga sebagai anggota masyarakat.(mud/jpnn)


http://www.radartimika.com/index.php?mod=article&cat=LintasPapua&article=25325&page_order=1&act=print
Read More..

Senin, 30 November 2009

Lapas Narkotika Klas II A Jayapura

Memasuki areal Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Narkotika Jayapura suasana tampak lengang, yang tampak hanya ada beberapa mobil dan motor terpakir di halamannya. Di salah satu sudut tembok tampak gambar daun ganja dalam lingkaran dengan strip merah. Di bawahnya terdapat tulisan “stop narkoba”. Setelah melapor di pos pejagaan depan, dengan menjelaskan maksud kedatangan, akhirnya Foja diijinkan masuk.

Memasuki pintu utama, suasana di ruang tunggu besuk tampak ramai oleh beberapa wanita muda, yang belakangan diketahui ternyata napi yang ditangkap di sebuah bar, beberapa waktu lalu di kota Jayapura. Mereka sedang bersenda gurau satu dengan lainnya, dibawah pengawasan beberapa orang sipir Lapas. Setelah melakukan registrasi dengan petugas Foja pun diijinkan masuk menemui Kepala Lapas.
Menurut kalapas Y.Waskito BC.IP,SH,MH,MSi, saat ini terdapat 78 narapidana yang dibina di lapas ini. “Angka ini sewaktu waktu bisa berubah. Ada napi yang masuk dan ada yang bebas,” kata Waskito.

Menurut Waskito ada perbedaan mendasar antara lembaga pemayarakatan narkoba dengan lembaga pemasyarakatan lainnya. “Yang diterapkan di sini adalah sistem pembinaan mental para narapidana untuk disiapkan kembali kelingkungan masyarakat.

Lembaga pemasyarakatan membina mental napi untuk kembali ke masyarakat. Jadi lembaga ini merupakan bentuk kepedulian terhadap masyarakat Papua yang terjebak dalam penggunaan obat terlarang,” katanya.

Menurut data yang diperoleh di Lapas ini terdapat 70 napi laki laki, dan sebanyak 8 napi perempuan. Untuk kelompok umur diklasifikasikan atas dua bagian yaitu umur 18 tahun ke bawah sebanyak 4 orang napi, yang terdiri atas 3 laki laki dan 1 perempuan. Sementara untuk kelompok umur 18 tahun ke atas sebanyak 74 orang sebanyak 67 laki-laki dan 7 orang perempuan .

Dari semua Napi yang di bina berasal dari berbagai wilayah seperti Kota Jayapura sebanyak 68 orang, Kabupaten Keerom 1 orang, pelintas batas yang merupakan warga negara tetangga Papua Nugini sebanyak 11 orang namun kini tinggal 10 orang, karena salah seorang diantaranya berhasil melarikan lari beberapa waktu lalu.

Menurut data setiap tahunnya jumlah tahanan di lapas ini mengalami peningkatan dari segi jumlah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah pengguna narkoba di wilayah Papua. Bahkan data terakhir menunjukkan bahwa penggunaan narkoba tidak hanya dari kalangan pria tetapi juga kaum wanita, bahkan sudah menyentuh kalangan remaja. Tercatat di tahun 2004, jumlah tahanan sebanyak 19 orang, tahun 2005 sebanyak 19 orang napi, tahun 2006 sebanyak 14 orang napi 2007 meningkat tajam sebanyak 49 orang napi, tahun 2008 sebanyak 43 orang napi dan sampai dengan bulan Mei tahun 2009 jumlah narapidana sebanyak 78 orang.

Perhatian bagi penghuni lapas ditempuh melalui beberapa pendekatan seperti dari segi religius melalui tokoh gereja, terutama pada hari raya besar keagamaan sementara bagi yang muslim menurut Waskito belum mendapat perhatian dari lingkungan atau lembaga keagamaan setempat. Perhatian juga ditunjukkan dengan pengembangan kretifitas napi melalui berbagai kegiatan seperti kerajinan tangan, membuat bingkai foto, tempat tissue, hiasan bunga, bercocok tanam, beternak ikan, dan pelatihan computer.

“Beberapa LSM juga menunjukkan perhatian serius seperti YPPM, dan YAKITA yang secara rutin memberikan bimbingan konseling bagi para napi,” kata Waskito.

Waskito sangat menyayangkan masih kurangnya perhatian pemerintah terutama fasilitas Lapas tersebut. “ Napi yang dibina sebagian besar dari kawula muda yang akrab dengan kreatifitas sehingga seharusnya lapas ini dilengkapi dengan sarana olahraga dan alat musik sebagai wahana penyaluran bakat,” imbuhnya.

Menurut salah seorang tenaga medis di lapas ini sampai sekarang belum ada napi yang terkait dengan HIV-AIDS. Penyakit yang diderita banyak diderita seperti TB Paru, yang merupakan pengaruh langsung dari penggunaan obat terlarang seperti ganja, serta penyakit infeksi menular.

Menurut Hs (samaran), salah seorang Napi yang berhasil ditemui, Ia telah menempati hotel prodeo ini sejak Desember 2007. “Saya dikenakan hukuman penjara satu tahun lima bulan, dengan status pemakai sekaligus pengedar,” kata Hs. Menurut Hs, ia menggunakan Narkoba jenis sabu-sabu sejak tahun 1997. “Waktu itu saya masih kuliah di Makassar. Awalnya saya hanya mau mencoba rasanya bagaimana. Saya menggunakan sabu-sabu untuk menambah kepercayaan diri, serta menambah tenaga.

Saya tidak pernah tahu bahwa hal yang saya rasakan setelah mengkonsumsi sabu sabu itu hanya ilusi belaka,” katanya. Menurut Hs, dampak dari penggunaan sabu itu sangat merusak. “Kita tidak akan merasa ngantuk walaupun tidak tidur sampai berhari-hari. Akibatnya berdampak pada kondisi tubuh yang lemah, dan kurus. Selain itu efek psikologis dari penggunaan narkoba seperti perasaan gelisah, sensitive, cepat marah, serta pelupa. Ketergantungan terhadap barang ini akan memaksa kita untuk mendapatkan barang haram itu dengan segala cara, “ ungkapnya.

Hs juga sangat berterima kasih dengan bimbingan dari para sipir di lembaga ini yang membuatnya sadar akan kekeliruannya. “Di sini kami memiliki banyak kesibukan sehingga kami bisa membekali diri untuk terjun kemasyarkat umum,” katanya.

Hs menghimbau para remaja, agar lebih fokus terhadap kegiatan yang positif. “ Pergaulan yang salah adalah awal keterlibatan remaja dengan penggunaan obat terlarang. Anda jangan pernah mencoba, cukup anda tahu. Tanpa narkoba hidup ini bisa indah dan berarti,” himbau Hs.

Setelah berbincang-bincang cukup lama kami pun berpamitan pulang. Di luar kami bertemu dengan seorang ibu. Dia bercerita kalau ia sedang menjenguk anaknya yang sudah satu bulan lebih menghuni hotel pordeo tersebut. “Saya tinggal di Kota Jayapura. Saya kesini tiga kali dalam seminggu besuk anak saya. Bapaknya sudah tidak peduli lagi,” ungkapnya. Menurut ibu yang menolak disebutkan namanya itu ia tidak pernah tahu pergaulan anaknya hingga suatu hari ia didatangi oleh pihak kepolisian bahwa anaknya ditahan di kantor polisi. “Dia dan teman-temannya tertangkap sedang pesta ganja,” katanya tak kuasa menitikkan air mata. (Yul-Pat CR 8)
Diposkan oleh lili'na lepongan bulan di 00:07

http://patading.blogspot.com/2009/11/lapas-narkotika-klas-ii-jayapura.html


 
Read More..

Rabu, 25 November 2009

TIGA NAPI LAPAS NARKOTIKA JAYAPURA MELARIKAN DIRI

Jayapura, Tiga orang narapidana penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika, Jayapura, dilaporkan melarikan diri, Selasa.


Ketiga orang napi tersebut kabur saat terjadi aksi pemalangan Lapas Narkotika oleh sekelompok masyarakat adat yang memprotes pengumuman seleksi CPNS di Lapas tersebut yang tidak berpihak kepada masyarakat asli Papua.


Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM (Depkumham) Provinsi Papua, Nazarudin Bunas yang dihubungi ANTARA Jayapura melalui telepon genggamnya membenarkan kejadian tersebut.

"Saya juga baru saja menerima laporan Kalapas Narkotika yang mengatakan tiga orang napi baru saja melarikan diri," ujar Nazarudin Bunas.

Berdasarkan laporan yang ia terima, ketiga napi itu kabur dengan cara melompat pagar Lapas yang sedang dalam perbaikan.

"Mereka kabur saat ada aksi pemalakan yang dilakukan oleh sekelompok massa dari masyarakat adat Papua di Lapas Narkotika, sehingga semua penjaga terfokus untuk memperhatikan warga yang sedang memalang kantor itu," ungkapnya.

Ketika ditanya mengenai nama-nama para Napi yang kabur, Nazarudin mengaku belum mengetahui secara pasti.

"Yang jelas saat ini petugas kita sedang mengejar mereka, dan kita juga sudah melaporkan kepada pihak kepolisian," ujarnya.

Nazarudin Bunas mengimbau kepada para napi yang kabur agar segera menyerahkan diri untuk menjalani sisa hukumannya.

"Mereka ini bisa terancam kehilangan sebagian haknya, seperti hak mendapatkan remisi," lanjutnya.

Kalapas narkotika Waskito, yang dihubungi terpisah tidak mengangkat telepon genggamnya


Read More..

Followers

Komentar disini


ShoutMix chat widget
 

Copyright © 2009 by MEDIA LAPAS NARKOTIKA JAYAPURA